Selasa, 27 September 2011

Asas-Asas Hukum
Sebelum membicarakan asas hukum maka terlebih dahulu perlu diketahui pengertian asas. Asas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung pengertian sebagai berikut :
1. Dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat.
2. Dasar cita-cita.
3. Hukum dasar.
Bertolak dari pengertian asas tersebut maka dapat dikatakan bahwa asas adalah dasar berfikir. Jika asas dikaitkan dengan kata hukum maka secara singkat akan mengandung pengertian bahwa asas hukum adalah dasar berfikir mengenai hukum.
Untuk memperjelas pengertian asas hukum berikut akan diuraikan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian asas hukum, yaitu :
1.   Bachsan Mustafa mengemukakan, suatu asas yang menjadi dasar suatu kaidah hukum disebut asas hukum. Asas hukum adalah asas yang menjadi dasar pembentukan kaidah-kaidah hukum termasuk kaidah hukum administrasi negara.[1]
2.  C.W. Paton yang dikutip oleh Mahadi dalam bukunya a Text Book of Jurisprudace 1969 mengatakan asas adalah a principles is broad reason, which lies at the base of a rule of law dalam bahasa Indonesia berbunyi asas adalah suatu alam pikir yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya sesuatu norma hukum. Singkatnya Asas hukum mengandung beberapa unsur, yaitu :
      a. Alam pikiran.
      b. Rumusan luas.
      c. Dasar bagi pembentukan norma hukum.[2]
Mochtar Kusumaatmadja menegaskan, pemantapan asas-asas hukum pertama-tama bisa dilakukan dalam usaha pembentukan hukum nasional melalui proses perundang-undangan (legislation).[3] Tetapi pada tahap penerapannya, asas-asas itu dimantapkan melalui putusan-putusan pengadilan (Putusan Mahkamah Agung). Menurut Bagir Manan, pemantapan suatu asas hukum dapat berfungsi antara lain :
1.  Sebagai tali pengikat antara berbagai kaidah hukum yang akan menjamin keterpaduan kaidah dalam suatu ikatan sistem.
2.  Menjamin kaidah hukum dibentuk dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan hukum (keadilan dan kepastian hukum), misalnya asas kecermatan adalah untuk kepastian hukum.
3.  Menjamin keluwesan penerapan kaidah hukum pada suatu situasi konkret.
4.  Sebagai instrumen untuk mengarahkan penerapan kaidah hukum. Hakim tidak boleh menerapkan hukum yang bertentangan dengan asas hukum yang berlaku.[4]
Berikut beberapa asas-asas hukum di Indonesia, yaitu :
1.  Nullum crimen nulla poena sine lege (asas legalitas)
Pasal 1 Ayat 1 KUHP menyatakan, suatu perbuatan tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya. Bahwa semua kejahatan yang terjadi di Indonesia adalah yang melanggar undang-undang dan tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang – undangan yang mengaturnya, jadi suatu tindak kejahatan dikatakan sebagai perbuatan melanggar hukum apabila melanggar undang – undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2.  Lex superiori derogat lege priori
Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah. Asas ini senada dengan 7 ayat 5 Undang-Undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yaitu : “Kekuatan hukum Peraturan Perundang undangan adalah sesuai dengan hirarki….”.
3. Lex posteriori derogat lege priori
Peraturan yang terbaru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya.
4. Lex specialis derogate lege generali
Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat lebih umum, ini terlihat jelas dalam pasal 1 KUHD : “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh daripadanya dalam kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan……”.
5.  Res judicata pro veritate habeteur
Putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain yang mengoreksinya.
6. Lex dura set tamen scripta
Undang – undang bersifat memaksa, sehingga tidak dapat diganggu gugat.

Daftar Bacaan
Chainur Arrasjid, 2006, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Cet. IV, Grafika, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Saiful Anwar dan Marzuki Lubis, 2004, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Gelora Madani Press, Medan.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.


[1] Saiful Anwar dan Marzuki Lubis, 2004, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Gelora Madani Press, Medan, hal. 50.
[2] Chainur Arrasjid, 2006, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Cet. IV, Grafika, Jakarta, hal. 36.
[3] Saiful Anwar dan Marzuki Lubis, Op. cit, hal 50.
[4] Ibid, hal 50-51.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar